Pages

Thursday, April 21, 2011

Mumi Fir'aun Mengandung Garam

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu.” [Q.S. Yunus: 92]

Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah SWT ketika sedang mengejar Nabi Musa AS.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah SWT, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad SAW hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah SWT (bukan buatan Nabi Muhammad SAW).

Kenalan Dengan Si Sitti Pesaing Google


Waktu itu, ketika sedang mendengarkan radio di channel TraxFM, saya mendengarkan sebuah dialog wawancara yang terlihat begitu serius (karena biasanya ga serius). Lalu, saya mendengar ini berbau IT, saya lanjut mendengarkan. Ternyata mereka sedang ngomongin yang namanya "SITTI".


 Hah? Apa itu "SITTI"? Penyanyi dari Negeri Jiran itu? Oh, bukan, itu mah Siti Nurhaliza. "SITTI" di sini adalah sebuah mesin, mesin sistem iklan berbasis teks. Ya, konsep tersebut memang meniru dari Google AdSense, dikutip dari Andy Sjarif, CEO Group Sitti.


Jika Google AdSense skalanya global, Sitti khusus di wilayah Indonesia. Singkatnya, baik Google AdSense maupun Sitti, keduanya sama-sama bergerak di bidang periklanan berbasis kontekstual.

Mungkin Anda berpikir SITTI itu hanyalah pengikut AdSense khusus Bahasa Indonesia seperti yang sudah ada sebelumnya. SITTI tidak mungkin sebuah hal kecil yang biasa saja kalau SITTI mampu mencuri perhatian dari TechCrunch. SITTI memiliki algoritma-nya sendiri untuk mencari iklan yang relevan dengan konteks halaman. Dan tentu saja, seperti yang saya bilang sebelumnya, lebih "ahli" dalam menangani Bahasa Indonesia, non EYD. Di samping itu, ternyata SITTI juga mampu mengenai bahasa 'slang' Indonesia hingga bahkan bahasa alay.Pasti akan sangat ironis jika SITTI tidak lebih memahami Bahasa Indonesia daripada Google.

SITTI pun masih belajar. Walaupun SITTI mengklaim sudah "mempelajari" banyak sekali halaman web berbahasa Indonesia selama bertahun-tahun, saya rasa sistem SITTI masih belum sempurna. Tetapi, saya yakin ini hanya masalah waktu saja. Membangun dan memperbaiki situs itu dapat dikerjakan dengan cepat saat ini.

Penasaran dengan si SITTI ini? Kenalan aja di sini sitti.co.id


Link: http://digitalase.wordpress.com/
Sumber:
  • adha.ms                       

Jerman Akan Memproduksi Kulit Sintetis


Pada 2009, para ilmuwan di Fraunhofer Institute for Interfacial Engineering and Biotechnology di Jerman, ingin bisa memproduksi kulit manusia buatan dalam jumlah besar. Ide itu kini terwujud. Kini, Jerman memiliki pabrik kulit manusia yang kegiatan produksinya dibantu robot.

Robot-robot yang bekerja di pabrik meremas larutan kimia berwarna merah muda dan ke dalam alat semacam pipet lalu mengubahnya menjadi bakal lembaran-lembaran kulit manusia. Demikian keterangan yang dikutip dari Pop Science, Kamis (21/4/2011).

Pabrik ini menghasilkan 5.000 jaringan tembus pandang berwarna putih seukuran uang koin setiap bulannya. Jaringan bakal kulit yang diproduksi, bisa juga berwarna coklat. Terdapat pembuluh darah di dalamnya, sehingga bisa digunakan untuk mengobati luka kulit.

Setiap jaringan, dihargai USD 72 atau sekitar Rp 620.000,00. Memang, terbilang masih cukup mahal. Dua tahun lalu, para ilmuwan berharap pabrik ini bisa menghasilkan kulit buatan dengan harga terjangkau untuk kepentingan penelitian dan pengobatan.

Produksi kulit sepenuhnya dikendalikan oleh robot dan komputer yang ditempatkan di ruangan yang steril dengan suhu yang diatur sedemikian rupa. Kulit yang diproduksi dimonitor dengan ketat agar benar-benar bebas infeksi.

"Kami yakin pabrik semacam ini bisa menjadi cara yang efisien dalam menghasilkan jaringan baru seperti kemih, trachea, tulang rawan bahkan organ tubuh manusia," kata Heike Walles sang direktur pabrik kulit. 

Dia dan tim ilmuwan sudah berhasil memproduksi jaringan untuk transplantasi pada manusia, namun prosesnya masih memakan biaya yang sangat mahal. "Fasilitas produksi jaringan semacam ini diharapkan bisa lebih memudahkan dan mengurangi biaya," kata Walles.

Sumber: popsci.com