Pages

Sunday, May 29, 2011

Tidak Saya Sangka Saya Mampu

Dari: Abdul Rahman's Note


Tepatnya kemarin saya pergi mengunjungi universitas tempat saya akan menuntut ilmu pada tingkatan selanjutnya yaitu IPB bersama teman saya Ryan. Saat pulang tidak saya sangka ternyata saya sudah berjalan jauh dari Pengadilan Jakarta Timur sampai kerumah saya di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading Jakarta Utara. Setelah saya pikir ternyata saya seperti orang gila padahal saya punya uang unutk ongkos naik angkot. Awalnya saya berniat untuk berjalan dari Pengadilan sampai ke Pacuan Kuda Pulomas kemudian naik angkot 04.

Tapi setelah saya sudah sampai di Pacuan Kuda ternyata angkot 04 yang saya tunggu penuh, saya pun melanjutkan berjalan kaki. Saat saya sudah di 21 baru lah lewat angkot 04 yang kosong, tapi sya berpikir "tanggung kenapa ga sampai tempat mikrolet 02 berhenti" akhirnya saya jalan kaki lagi sampai tempat mikrolet 02 berhenti. Dan saat saya smapai di sana dan mikrolet 02 berhenti di depan saya  saya berpikir lagi "Kalo jalan sampai rumah gmn ya?" akhirnya saya tidak jadi naik dan saya jalan kaki lagi. Tidak terasa ternyata air mineral yang tadinya saya beli masih penuh berisi air saat di Pulomas ternyata sudah habis.

Akhirnya saya sampai juga di Rumah saya, setelah saya duduk dan berpikir ternyata saya sudah berjalan kaki yang menurut saya jauh. Dari kejadian ini saya terinspirasi dan mendapatkan sebuah pelajaran bahwa ternyata saya mampu berjalan begitu jauh. Ternyata setelah saya berpkir itu bisa saya lakukan karena saya punya target jauh ke depan. Mulai dari saya memutuskan untuk berjalan kaki dari Pengadilan sampai Pacuan Kuda untuk selanjunya saya akan naik angkot 04, lalu saya mengganti target saya untuk terus berjalan sampai tempat mikrolet 02 berhenti, hingga akhirnya saya merubah target lagi untuk berjalan kaki sampai rumah yang awalnya saya berpikir ini gila menurut saya, padahal saya punya ongkos untuk pulang. Dari target-target itu ternyata otak saya merespon hingga akhirnya saya mampu berjalan kaki sampai ke Rumah. Dari kejadian ini saya menyimpulkan "Jangan pernah takut untuk membuat target hidup anda sendiri dan setelah satu target tercapai janganlah berpuas diri dan janganlah berhenti untuk menentukan target selanjutnya yang lebih tinggi. Hingga akhirnya anda tidak sadar bahwa anda telah mencapai impian anda yang sangat tinggi dengan target-target besar yang sebelumnya belum pernah terpikir oleh anda dalam kehidupan anda."

Saat itulah anda akan berpikir bahwa diri anda sungguh luar biasa. "Ingat manusia itu di ciptakan dengan pikiran yang berbeda-beda jadi jangan pernah takut menjadi orang yang berbeda dari orang lain, karena kita ini diciptakan oleh Allah SWT dengan segala keunikan yang Allah berikan kepada kita."

Pesan saya untuk teman-teman yang saya cintai karna Allah, jangan pernah menyerah untuk mencapai cita-cita anda sampai cita-cita tersebut tercapai, cita-cita dan impian dengan target-target yang jelas akan memotivasi anda untuk mewujudkanya. Terus berjuang teman! Saya tunggu kalian semua di universitas yang kalian inginkan masing-masing.


Link: http://digitalase.wordpress.com/

Renungan untuk Para Orang Tua


Dari: Abdul Rahman's Note


Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita dan impian, sama halnya saya dan teman-teman. Di usia kita yang rata-rata 18 th, kita semua tahu dan sadar bahwa pribadi kita saat ini berbeda dengan pribadi kita 10 tahun yang lalu. Yang mana di usia kita saat ini kita sudah mulai membangun karakter dan prinsip hidup kita masing-masing.

Tapi apakah bijak para orang tua kita, bila di usia kita saat ini mereka masih melarang kita untuk menentukan karakter dan prinsip hidup kita masing-masing. Pertanyaannya: "Bagaimana kita bisa terjun kedalam masyarakat apabila di setiap kita mau memulai hidup kita sendiri orang tua selalu melarang kita untuk mengambil keputusan kita sendiri". Bukankah setiap pilihan yang kita pilih melalui proses yang panjang.

"Bukankah orang tua melarang atas dasar rasa sayang?" Tidak, tapi yang justru terjadi adaalah membunuh karakter sang anak. Sebenarnya dengan melarang itu lebih banyak dampak negatifnya, misalnya membuat anak menjadi mudah untuk berbohong kepada orang tua.

Apakah para orang tua tidak tahu sebenarnya larangan yang mereka lakukan adalah bentuk ketakutan mereka terhadap anak mereka. Para orang tua takut jika anak mereka gagal. Tapi kalau alasan para orang melarang anak mereka karena takut anak mereka gagal itu salah besar. Bukankah proses dalam menuju sukses itu pasti ada sebuah peristiwa yaitu gagal. Lalu "mengapa para orang tua harus takut jika anaknya gagal?" Padahal dari kegagalan itu sang anak akan belajar lagi bagaimana caranya agar tidak gagal lagi dalam menghadapi masalah yang sama, hingga akhirnya mereka bisa menggapai kesuksesan mereka sendiri.

Menurut saya akan lebih bijak jika orang tua lebih kepada memberikan arahan dan pilihan-pilihan untuk anak mereka dan memberikan keputusan sepenuhnya kepada anak mereka masing-masing dari pada melarang setiap keputusan mereka.

Orang tua hanya boleh melarang anak mereka apabila keputusan yang dipilih anak mereka sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran agama.

Saturday, May 28, 2011