Pages

Sunday, May 29, 2011

Renungan untuk Para Orang Tua


Dari: Abdul Rahman's Note


Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita dan impian, sama halnya saya dan teman-teman. Di usia kita yang rata-rata 18 th, kita semua tahu dan sadar bahwa pribadi kita saat ini berbeda dengan pribadi kita 10 tahun yang lalu. Yang mana di usia kita saat ini kita sudah mulai membangun karakter dan prinsip hidup kita masing-masing.

Tapi apakah bijak para orang tua kita, bila di usia kita saat ini mereka masih melarang kita untuk menentukan karakter dan prinsip hidup kita masing-masing. Pertanyaannya: "Bagaimana kita bisa terjun kedalam masyarakat apabila di setiap kita mau memulai hidup kita sendiri orang tua selalu melarang kita untuk mengambil keputusan kita sendiri". Bukankah setiap pilihan yang kita pilih melalui proses yang panjang.

"Bukankah orang tua melarang atas dasar rasa sayang?" Tidak, tapi yang justru terjadi adaalah membunuh karakter sang anak. Sebenarnya dengan melarang itu lebih banyak dampak negatifnya, misalnya membuat anak menjadi mudah untuk berbohong kepada orang tua.

Apakah para orang tua tidak tahu sebenarnya larangan yang mereka lakukan adalah bentuk ketakutan mereka terhadap anak mereka. Para orang tua takut jika anak mereka gagal. Tapi kalau alasan para orang melarang anak mereka karena takut anak mereka gagal itu salah besar. Bukankah proses dalam menuju sukses itu pasti ada sebuah peristiwa yaitu gagal. Lalu "mengapa para orang tua harus takut jika anaknya gagal?" Padahal dari kegagalan itu sang anak akan belajar lagi bagaimana caranya agar tidak gagal lagi dalam menghadapi masalah yang sama, hingga akhirnya mereka bisa menggapai kesuksesan mereka sendiri.

Menurut saya akan lebih bijak jika orang tua lebih kepada memberikan arahan dan pilihan-pilihan untuk anak mereka dan memberikan keputusan sepenuhnya kepada anak mereka masing-masing dari pada melarang setiap keputusan mereka.

Orang tua hanya boleh melarang anak mereka apabila keputusan yang dipilih anak mereka sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran agama.

0 comments: